KONSEP DIRI

1.      Konsep Diri Siswa
Konsep berfungsi sebagai fondasi dalam mencapai keberhasilan dalam kehidupan (Gunawan, 2007;16). Konsep diri berperan sebagai penentu arah dalam bertindak. Siswa dengan konsep diri yang positif cenderung bertindak lebih positif dalam belajar, tugas yang diberikan guru akan diselesaikan dengan penuh tanggung jawab dan hambatan belajar ia jadikan sebagai tantangan dan mampu semangat belajarnya.
Stuart dan Suuden dikutip oleh Hurlock (1980;233) menjelaskan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.


Konsep diri didasarkan atas pemahaman terhadap potensi diri, pemahaman tersebut menjadi dasar dalam menjalani proses kehidupannya. Konsep diri siswa dibentuk dari ide yang ia kembangkan, ide tersebut dibangun berdasarkan pengolahan informasi yang ia dapatkan tentang dirinya.
Siswa yang diejek sebagai siswa malas oleh lingkungan, baik oleh sesama siswa maupun oleh guru, pada akhirnya ia akan menempatkan dirinya setara dengan penilaian lingkungan. Sebaliknya siswa yang dipuji oleh lingkungan sebagai siswa berprestasi, cantik dan menyenangkan. Secara bersamaan ia juga akan berusaha secara optimal agar pujian tersebut dapat tetap ia miliki. Dengan memahami kondisi tersebut, sekolah sebaiknya mampu membangun lingkungan sekolah yang berperan posotif dalam membangun konsep diri siswa. Perbuatan negative dengan memberikan hukuman berlebihan, hukuman yang mempermalukan atau menjuluki siswa dengan nama-nama maupun istilah yang kurang positif. Konsep diri siswa dapat dikembangkan dengan memuji kelebihan siswa dan membantu siswa untuk dapat melepaskan diri kekurangan yang dimiliki.
Menurut Stuart dan Sudeen Hurlock (1980;242) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant other self perception (persepsi diri sendiri).

Siswa membentuk komunitas yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya, intensitas interaksi yang terbentuk mampu mempengaruhi konsep diri siswa. Perkembangan kedewasaan yang berlangsung secara alami berpengaruh terhadap konsep diri, semakin dewasa seseorang siswa semakin besar dorongan dalam dirinya dalam membentuk konsep diri sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Konsep diri juga dipengaruhi oleh intensistas hubungan antar individu. Kedekatan hubungan dengan teman, cara pandang teman terhadap pribadi akan mempengaruhi konsep diri. Faktor berikut yang juga memiliki peran signifikan terhadap konsep diri adalah persepsi terhadap pribadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri diantaranya adalah                    1) cita-cita 2) citra diri dan 3) harga diri (Gunawan, 2007;22). Cita-cita yang dibangun siswa merupakan tujuan hidup yang ingin dicapai, untuk dapat meraih cita-cita siswa harus mampu menempatkan diri sesui dengan karakteristik dari cita-cita yang diharapkan. Siswa dengan cita-cita menjadi dokter akan menyesuaikan konsep dirinya sesuai dengan profesi seorang dokter.
Hubungan antar siswa berpotensi dalam terbentuknya citra diri, semakin positif cara pandang antar sesama akan semakin baik pula citar diri yang dibangun sehingga akan terbentuk pula konsep diri yang lebih baik bagi pribadi siswa. Harga diri merupakan bagian penting dalam pengembangan konsep diri siswa. Siswa yang merasa dihargai dan disanjung oleh teman, cenderung merasa senang dan bangga atas dirinya, sikap demikian merupakan cikal bakal dalam mengembangan konsep diri.
Konsep diri merupakan kemampuan melihat diri sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihannya (Alo Liliweri,2006;34). Untuk mampu mengukur seberapa jauh kesanggupan dan kemampuan meraih cita-cita, setiap individu harus mampu melihat dan mengukur potensinya. Kondisi yang ada dan dimiliki akan memberi arah bagi sesesorang untuk mempersepsi diri dam selanjutnya membangun konsep diri sesuai dengan pemahaman atas potensi yang dimiliki.
Untuk dapat sukses dalam menjalani kehidupan dibutuhkan pengembangan konsep diri ideal (Lama Surya Das, 2004;203). Siswa sebagai peserta didik diharapkan membangun konsep diri idel dan menghindarkan diri dari perilaku yang dapat memupus harga diri. Anggapan diri sebagai siswa yang pintar akan membuka peluang untuk tertib dan bertanggung jawab dalam belajar. Siswa yang menyatakan dirinya sebagai siswa yang malas dan bodoh, maka pada akhirnya ia akan menempatkan dirinya sesuai dengan persepsi yang ia bangun sesuai dengan persepsi yang mendasarinya.
Gunawan dan Setyono (2007;46) menyimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi (pandangan) seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting.

Mengacu pada pernyataan ini dapat dijelaskan bahwa konsep diri tidak hanya dibangun oleh siswa secara pribadi, namun konsep diri dipengaruhi langsung oleh lingkungan.  Guru, orang tua dan teman sekolah memiliki pengaruh langsung terhadap konsep diri siswa.
Jika masing-masing pihak seperti guru selalu memberi arahan yang positif dan berusaha membangun harga diri dan perhatian siswa, maka dalam diri siswa akan dapat dibangun konsep diri yang positif. Demikian pula perhatian dan dukungan orang tua, secara signifikan dapat mendorong terbentuknya konsep diri yang positif. Teman sekolah dan teman bermain juga memiliki andil besar dalam membangun konsep diri.
Berpadanan dengan kondisi tersebut, perlu adanya pengawasan dan binaan dari guru dan orang tua agar anak tidak bergaul dengan seseorang yang memiliki perilaku tidak terpuji. Bergaul dengan seseorang yang memiliki perilaku kurang terpuji akan memicu lahirnya konsep diri yang negative.
Gunawan dan Setyono (2007;46) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki dua konsep diri yaitu konsep diri besar dan konsep diri kecil. Konsep diri besar adalah cara pandang secara menyeluruh terhadap pribadi, sedangkan konsep diri kecil adalah cara pandang yang dibangun sesuai dengan konteks tertentu. Konsep diri kecil berpengaruh terhadap cara berpikir, merasa, bersikap dan bertindak saat berhubungan dengan sesama. Konsep diri kecil juga mempengaruhi kegiatan belajar siswa secara menyeluruh dan juga berpengaruh pada kreativitas belajar.
Gunawan dan Setyono (2007;47) menggambarkan konsep diri dan faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :



Gambar 2.1 Bagan Konsep Diri
Dari bagan tersebut terlihat adanya pengaruh dari faktor lingkungan terhadap pengambangan konsep diri siswa, siswa akan menetapkan dirinya sebagai pelajar yang bodoh jika orang tua dan guru menyatakan mereka sebagai pelajar yang bodoh, hal itu akan lebih nyata jika didukung oleh nilai hasil ulangan yang kurang bagus. Sebaliknya siswa akan membangun konsep diri sebagai siswa yang pintar jika guru dan orang tua menyatakan dirinya sebagai pelajar yang pintar yang juga diperkuat oleh nilai hasil ulangan yang juga baik.
Gunawan dan Setyono (2007;47) juga menjelaskan bahwa konsep diri dibangun oleh tiga komponen yang diantaranya a) siapa yang memasang                        b) intensitas emosi c) repetisi. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa konsep diri akan terpasang kokoh dalam diri siswa bergantung pada orang yang menanamkan konsep tersebut pada dirinya, sosok yang dapat mempengaruhi penanaman konsep tersebut diantaranya orang tua, guru, kakak, abang, teman, idola, pacar dan berbagai komponen lain yang memiliki akses terhadap siswa.
Selanjutnya konsep diri juga bergantung pada intensitas emosi berupa rasa suka atau tidak suka, senang, atau tidak senang terhadap objek atau pribadi. Sedangkan faktor repetisi atau besarnya pengulangan secara langsung akan berpengaruh terhadap kekuatan konsep diri.
Prestasi belajar yang dicapai siswa akan memberi andil terhadap pengembangan konsep diri. Siswa yang senantiasa memperoleh nilai baik dalam dirinya akan terbangun konsep diri yang positif, sedangkan siswa yang memperoleh nilai jelek secara perlahan akan terbentuk konsep diri negative dan tidak mendukung bagi usaha pengembangan prestasi belajar.
Gunawan dan Setyono (2007;62) menjelaskan bahwa hubungan konsep diri dan prestasi belajar dianyatakan sebagai berikut:
a.       Prestasi akademik menentukan konsep diri
b.      Level konsep diri mempengaruhi prestasi akademik
c.       Konsep diri dan prestasi akademik saling mempengaruhi
Dari pernyataan tersebut jelaslah bahwa usaha untuk meningkatkan prestasi belajar dapat dilakukan dengan memperbaiki konsep diri siswa, dengan semakin baik konsep diri akan berimbas pada kemampuan dan minat belajar. Sebaliknya peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa akan berpengaruh pula terhadap peningkatan konsep diri. Dengan demikian prlu adanya dukungan orang tua agar putra dan putri mereka memiliki kesempatan belajar yang baik terutama saat berada di rumah serta ketenangan dan kualitas belajar saat berada di sekolah.
Keberadaan teman sekolah juga tidak dapat diremehkan dalam membangun konsep diri siswa, siswa berada dalam lingkungan belajar yang tidak kondusif akan terpangaruh pada kondisi yang ada dan pada akhirnya akan memiliki konsep diri negatif.
Konsep diri negative adalah konsep diri menunjukkan tingkah laku negative (Ainon binti Moh & Abdullah bin Hassan, 2006;77). Perilaku belajar yang kurang positif merupakan wujud nyata dari konsep diri negative yang tumbuh dalam pribadi siswa. Dalam banyak hal siswa sangat mudah terpengaruh oleh kondisi sosial yang kurang positif, perilaku demikian sering berakibat pada tumbuhnya konsep diri yang kurang mendukung bagi usaha peningkatan proses dan hasil belajar siswa.
Konsep diri memiliki keterkaitan dengan teori motivasi, dorongan yang berasal dari luar dan dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan tenaga uatama dalam pembentukan konsep diri. Menurut Ainon dan Abdullah (2006;13) menjelaskan bahwa konsep diri adalah gabungan segala kepercayaan diri juga meliputi persepsi lingkungan. Masing-masing individu akan mereaksi atas  ucapan dan cara pandang orang lain pada dirinya. Pada orang-orang tertentu yang bersifat sensitive, cara pandang dan pernyataan lingkungan akan berpengaruh pada konsep diri.
Ainon dan Abdullah (2006;213) juga menjelaskan bahwa Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya. Pernyataan ini secara nyata menggambarkan bahwa keberadaan lingkungan memiliki peran penting dalam pengembangan konsep diri.
Stuart dan Sudeen dikutip dari Ainon dan Abdullah (2006;213)  menyatakan bahwa  persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Richard E Rubenstein (2004;97) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,emosional intelektual , sosial dan spiritual.
Berdasarkan teori dan defenisi yang telah disampaikan di atas jelaslah bahwa konsep diri sangat rentan dengan perubahan lingkungan, cara pandang dan persepsi lingkungan atas pribadi ternetu akan dapat merubah konsep diri. Konsep diri merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam mencapai tujuan. Konsep diri dapat dibedakan antara konsep diri negative dan konsep diri positif. Konsep diri negative berpengaruh pada perilaku yang kurang mendukung bagi pencapaian tujuan, sedangkan konsep diri positif adalah konsep diri yang mengarah pada pencapaian tujuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang menginformasikan bahwa matematika merupakan bidang studi yang sulit untuk dipelajari, berbagai rumus dan konsep matematika sangat komplek dan matematika hanya dapat dipelajari oleh siswa yang pintar saja. Informasi yang salah tersebut pada akhirnya tertanam dalam ingatan siswa dan secara perlahan siswa mulai membangun konsep diri dengan penekanan bahwa bidang studi matematika merupakan bidang studi yang tidak menyenangkan.
Bidang studi matematika sebagai salah satu bidang studi wajib yang disampaikan pada siswa sering menjadi masalah dan hambatan bagi siswa. Kegagalan siswa dalam belajar dan menguasai materi bidang studi matematika, pada dasarnya tidak hanya diakibatkan oleh tingkat kesulitan materi tetapi dipengaruhi oleh cara pandang dan persepsi siswa terhadap materi bidang studi matematika.
Keberadaan konsep diri sebagai arah pengembangan pribadi dapat dibedakan dalam tiga kelompok diantaranya cita-cita diri, citra diri dan harga diri. Melalui cita-cita yang dikembangkan akan menuntun seseorang untuk meraih harapan dan keinginan sesuai dengan tujuan dan keinginan pribadinya. Lahirnya cita-cita diri dipengaruhi oleh banyak factor yang diantaranya kondisi pribadi, pemahaman terhadap tujuan hidup dan keberadaan lingkungan. Keberadaan guru, orang tua, teman dan lingkungan pergaulan akan memberi kontribusi langsung terhadap pengembangan cita-cita diri.
Dalam hal ini dibutuhkan dukungan dan bantuan yang positif dari lingkungan agar dalam diri siswa tumbuh cita-cita diri positif dan bermanfaat bagi dirinya secara pribadi maupun bagi lingkungan kehidupannya, baik di masa kini maupun di masa yang akan dating. Keberadaan cita-cita diri yang sesuai dengan keinginan dan harapan lingkungan serta setara dengan bakat atau potensi akan memberi peluang lebih besar untuk mendapatkannya. Sehingga akan tumbuh rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan diri, yang mampu melepaskan seseorang dari ketergantungan pada orang lain.
Citra diri adalah bagian dari konsep diri, citra diri adalah pencitraan atas kondisi pribadi yang didasarkan atas kemampuan dan pengalaman masa lalu yang banyak bersandar pada kegagalan dan keberhasilan yang pernah dialami. Seseorang yang lebih banyak mengalami keberhasilan dalam setiap usahanya, maka ia akan membangun citra diri sebagai seseorang yang optimas dan percaya diri. Sebaliknya seseorang yang banyak mengalami kegagalan, maka secara bersamaan ia akan membangun rasa rendah diri dan takut akan kekalahan.
Untuk membangun konsep diri yang optimal dan mampu mendukung pencapaian cita-cita, dibutuhkan pencitraan diri yang positif dan searah dengan tujuan masa kini. Hal-hal dan pengalaman masa lalu yang kurang positif sebaliknya dilupakan dan secara bersamaan membangun rasa percaya diri dengan meningkatkan kemampuan masa lalu.
Dari citra diri yang dibangun oleh setiap individu akan menempartkan dirinya sesuai dengan citra yang dibangun dan disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian jelas bahwa pencitraan diri merupakan salah satu bentuk dasar dalam membangun konsep diri yang lebih positif.
Factor lain yang juga sangat dominan dalam membangun konsep diri adalah harga diri, pengembangan harga diri didasarkan atas kemampuan dan profesionalisme seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Semakin tinggi kemampuan dan keterampilan akan semakin tinggi pula harga diri yang dimiliki. Harga diri secara langsung akan menempatkan seseorang dalam kondisi yang mematasi dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan konsep diri yang ia miliki. Siswa yang memiliki harga diri tinggi, akan menjauhkan diri dari perbuatan kurang produktif seperti mencontek atau menghabisakan waktu dengan bermain. Namun ia akan konsisten mengejar keinginan dan harapan sesuai dengan kaidah kebenaran yang berlaku.
Ketiga komponen dasar dari konsep diri tersebut harus dibangun secara simultan oleh setiap individu. Untuk memperoleh citra diri, cita-cita dan harga diri yang baik dibutuhkan kemampuan mengubah, memperbaiki dan meningkatkan keyakinan diri. Dalam hal ini setiap individu harus bersedia menggunakan kekuatan pikiran super secara optimal dan bersedia bekerja keras dengan sebuah wawasan baru, sebuah cara pandang dan cara berpikir baru. Lebih dari itu dibutuhkan keinginan dan ksanggupan untuk berkorban dalam mencapai harapan.
Dengan berpedoman pada teori dan konsepsi yang telah disampaikan di atas jelaslah bahwa usaha pengembangan konsep diri harus dilakukan oleh keinginan pribadi dan didukung oleh lingkungan yang kondusif. Langkah itu perlu perlu diikuti oleh kemampuan mengelola emosi dan mengarahkan setiap perilaku yang sesuai dengan konsep diri yang akan dibangun. Pengembangan konsep diri perlu pula didasari oleh sebuah keinginan untuk berubah secara total sesuai dengan keinginan sendiri disertai kepercayaan dan keyakinan pribadi.
Sintesa konsep diri adalah cara pandang dan perilaku siswa dalam menjalani kegiatan dalam mencapai tujuan, dimensi konsep diri terdiri dari konsep diri negative dan konsep diri positif yang terdiri dari indikator lingkungan internal dan lingkungan eksternal, cita-cita, citra diri dan harga diri serta rasa percaya diri.

1.     Instrumen Konsep Diri
a.      Definisi Konseptual
Konsep diri merupakan cara pandang dan persepsi siswa terhadap diri dan potensi yang dimiliki dalam mengikuti pembelajaran dalam bidang studi matematika.
b.      Definisi Operasional
Konsep diri adalah skor yang diperoleh dari perilaku dan cara pandang siswa terhadap kegiatan belajar dan usaha belajar yang dilakukan siswa. Konsep diri siswa terdiri dari dua dimensi yang diantaranya adalah :
1.      Lingkungan internal
2.      Lingkungan eksternal
3.      Cita-cita diri
4.      Citra diri
5.      Harga diri
6.      Rasa percaya diri
7.      Kemampuan menghadapi kegagalan

c.       Kisi-kisi Instrumen konsep Diri
Kisi-kisi instrument variabel konsep diri disusun sesuai dengan teori yang telah disampaikan di atas. Dari rangkaian teori tersebut dinyatakan dalam dimensi dan indikator. Adapun indikator dan dimensi instrument disajikan dalam tabel berikut :
Table 3.13 Kisi-kisi instrument varaibel konsep diri
No
Indikator
Pernyataan
Jumlah
Positif
Negatif
1
Lingkungan internal  
3
3
6
2
Lingkungan eksternal 
3
3
6
3
Cita-cita diri
3
3
6
4
Citra diri
3
3
6
5
Harga diri
3
2
5
6
Rasa percaya diri
3
2
5
7
Kemampuan menghadapi kegegalan
4
2
6
Jumlah
40

d.        Pilihlah salah satu jawaban yang tepat menurut pengalaman dan pendapatmu:
SL : Selalu                                                                                  SR : Sering    
KD Kadang-kadang                                                                  TP : Tidak Pernah
No
Pernyataan
Pilihan
SL
SR
KD
TP
1
Kedewasaan dipengaruhi oleh kondisi pribadi siswa




2
Cara pandang siswa terhadap balajar dipengaruhi oleh pemahaman terhadap pendidikan




3
Kondisi inteligensi mempengaruhi konsep diri siswa




4
Bakat yang dimiliki siswa secara langsung berpengaruh terhadap konsep hidup seseorang




5
Kebiasaan pada akhirnya membentuk konsep diri




6
Hanya siswa yang rajin saja yang mampu membangun konsep diri positif




7
Cara pandang siswa terhadap cita-cita dipengaruhi oleh kondisi keluarga




8
Konsep diri siswa merupakan bentuk langsung dari sikap hidup keluarga




9
Cita-cita masa depan merupakan dasar membangun konsep diri




10
Pemahaman terhadap kemampuan orang tua akan mempengaruhi konsep diri siswa




11
Dukungan keluarga mempengaruhi sikap diri dalam belajar




12
Harapan untuk melanjutkan pendidikan akan menjadi dasar membangun keyakinan diri




13
Cita-cita masa di masa depan dibangun atas konsep diri




14
Dukungan cita-cita dapat meningkatkan kekuatan diri




15
Usaha meningkatkan tanggung jawab belajar dilakukan melalui cita-cita




16
Sinkronisasi cita-cita dengan kemampuan diri akan menjadi sebuah tenaga penguat keberhasilan




17
Keberhasilan meraih cita-cita sangat bergantung pada kondisi individu




18
Keinginan merealisasikan cita-cita akan menjadi penguat memperbaiki prestasi




19
Keyakinan akan kemampuan pribadi akan membangun konsep diri positif




20
Prestasi yang telah dicapai sebelumnya akan melahirkan konsep diri positif




21
Keberhasilan masa lalu akan menjadi pemicu lahirnya konsep diri positif




22
Kesalahan masa lalu akan melahirkankonsep diri negatif




23
Seringnya mengalami kegagalan akan melahirkan konsep diri negatif




24
Ketidakmampuan menyelesaikan masalah akan melahirkan konsep diri negatif




25
Sanjungan yang diperoleh akan melahirkan konsep diri positif




26
Penghargaan yang didadapat dapat menjadi pemicu lahirnya konsep diri positif




27
Cara pandang yang positif dari lingkungan akan melahirkan konsep diri positif




28
Dukungan atas keterampilan pribadi dari masyarakat akan melahirkan konsep diri positif




29
Seseorang yang sering dicemooh oleh lingkungan akan memiliki konsep diri negatif




30
Siswa yang sering dihukum akan memiliki konsep diri negatif




31
Keyakinan akan kemampuan menyelesaikan masalah akan melahirkan konsep diri positif




32
Keterampilan memahami masalah akan melahirkan konsep diri positif




33
Siswa yang seriang dipuji akan memiliki konsep diri positif




34
Siswa yang seriang memperoleh peringkat akan menjadi sosok dengan konsep diri positif




35
Siswa yang terlalu banyak dihukum akan membangun konsep diri negarif




36
Kesanggupan menghadapi masalah akan melahirkan konsep diri positif




37
Keterampilan menyelesaikan persoalan akan membangun konsep diri positif




38
Hanya siswa yang terampil saja yang memiliki konsep diri positif




39
Kesalahan dalam memprediksi masalah akan melahirkan konsep diri negatif




40
Kecakapan dalam menyelesakana masalah akan membangun konsep diri positrif





e.       Uji Validitas Konsep Diri 
Uji validitas untuk masing-masing dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang telah disusun mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, jika dalam pengujian ada instrumen yang tidak valid, maka instrumen tersebut perlu diperbaiki atau direvisi, sehingga bernilai valid dan layak digunakan.
Arikunto (2002:122) menyatakan bahwa uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang adalah ketepatan alat ukur yang digunakan dan kemampuan ala ukur mengukur apa yang akan diukur. Skor atas jawaban dari masing-masing instrumen disajikan menurut skala interval sehingga pengujian validitas instrumen penelitian diuji melalui rumus Product Moment, sebagai berikut :
Keterangan :
      : Koefisien korelasi product moment
: Jumlah skor dalam sebaran X
  : Jumlah skor dalam sebaran Y
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n         : Banyaknya responden
Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan nilai rtabel  dengan taraf nyata 5 % jika nilai dari rxy > rtabel maka soal tersebut adalah reliabel. Berdasarkan data hasil analisis untuk uji coba instrument kepada 30 orang siswa diperoleh data sebagai berikut:
                        Table 3.14. Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri
Nomor
r hitung
r tabel
Keterangan
Keputusan
1
0.608907
0.361
Valid
Terima
2
0.890708
0.361
Valid
Terima
3
0.630727
0.361
Valid
Terima
4
0.651296
0.361
Valid
Terima
5
0.915204
0.361
Valid
Terima
6
0.943855
0.361
Valid
Terima
7
0.900093
0.361
Valid
Terima
8
0.837694
0.361
Valid
Terima
9
0.943855
0.361
Valid
Terima
10
0.900093
0.361
Valid
Terima
11
0.833443
0.361
Valid
Terima
12
0.955628
0.361
Valid
Terima
13
0.927808
0.361
Valid
Terima
14
0.891823
0.361
Valid
Terima
15
0.833443
0.361
Valid
Terima
16
0.949802
0.361
Valid
Terima
17
0.928487
0.361
Valid
Terima
18
0.899807
0.361
Valid
Terima
19
0.469147
0.361
Valid
Terima
20
0.816007
0.361
Valid
Terima
21
0.840126
0.361
Valid
Terima
22
0.589409
0.361
Valid
Terima
23
0.792815
0.361
Valid
Terima
24
0.89723
0.361
Valid
Terima
25
0.800888
0.361
Valid
Terima
26
0.878252
0.361
Valid
Terima
27
0.892268
0.361
Valid
Terima
28
0.901611
0.361
Valid
Terima
29
0.745454
0.361
Valid
Terima
30
0.891812
0.361
Valid
Terima
31
0.934392
0.361
Valid
Terima
32
0.950651
0.361
Valid
Terima
33
0.839826
0.361
Valid
Terima
34
0.90793
0.361
Valid
Terima
35
0.930345
0.361
Valid
Terima
36
0.912218
0.361
Valid
Terima
37
0.901352
0.361
Valid
Terima
38
0.902292
0.361
Valid
Terima
39
0.771892
0.361
Valid
Terima
40
0.808991
0.361
Valid
Terima
41
0.659559
0.361
Valid
Terima
42
0.799682
0.361
Valid
Terima
43
0.610471
0.361
Valid
Terima
44
0.509265
0.361
Valid
Terima
45
0.396179
0.361
Valid
Terima

Dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai r table dapat disimpulkan bahwa dari 45 butir pernyataan yang diujicobakan seluruhnya bernilai valid hal ini diketahui dari nilai   rhitung < rtabel.


Post a Comment

0 Comments