1.
Konsep
Diri Siswa
Konsep berfungsi sebagai fondasi dalam mencapai
keberhasilan dalam kehidupan (Gunawan, 2007;16). Konsep diri berperan sebagai
penentu arah dalam bertindak. Siswa dengan konsep diri yang positif cenderung
bertindak lebih positif dalam belajar, tugas yang diberikan guru akan
diselesaikan dengan penuh tanggung jawab dan hambatan belajar ia jadikan
sebagai tantangan dan mampu semangat belajarnya.
Stuart dan Suuden dikutip oleh Hurlock
(1980;233) menjelaskan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri didasarkan atas pemahaman terhadap potensi
diri, pemahaman tersebut menjadi dasar dalam menjalani proses kehidupannya.
Konsep diri siswa dibentuk dari ide yang ia kembangkan, ide tersebut dibangun
berdasarkan pengolahan informasi yang ia dapatkan tentang dirinya.
Siswa yang diejek sebagai siswa malas oleh lingkungan,
baik oleh sesama siswa maupun oleh guru, pada akhirnya ia akan menempatkan
dirinya setara dengan penilaian lingkungan. Sebaliknya siswa yang dipuji oleh
lingkungan sebagai siswa berprestasi, cantik dan menyenangkan. Secara bersamaan
ia juga akan berusaha secara optimal agar pujian tersebut dapat tetap ia
miliki. Dengan memahami kondisi tersebut, sekolah sebaiknya mampu membangun
lingkungan sekolah yang berperan posotif dalam membangun konsep diri siswa.
Perbuatan negative dengan memberikan hukuman berlebihan, hukuman yang
mempermalukan atau menjuluki siswa dengan nama-nama maupun istilah yang kurang
positif. Konsep diri siswa dapat dikembangkan dengan memuji kelebihan siswa dan
membantu siswa untuk dapat melepaskan diri kekurangan yang dimiliki.
Menurut Stuart
dan Sudeen Hurlock (1980;242) ada
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri.
Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, significant other self perception (persepsi diri sendiri).
Siswa membentuk komunitas yang saling mempengaruhi satu
dengan lainnya, intensitas interaksi yang terbentuk mampu mempengaruhi konsep
diri siswa. Perkembangan kedewasaan yang berlangsung secara alami berpengaruh
terhadap konsep diri, semakin dewasa seseorang siswa semakin besar dorongan
dalam dirinya dalam membentuk konsep diri sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Konsep diri juga dipengaruhi oleh intensistas hubungan antar
individu. Kedekatan hubungan dengan teman, cara pandang teman terhadap pribadi
akan mempengaruhi konsep diri. Faktor berikut yang juga memiliki peran signifikan
terhadap konsep diri adalah persepsi terhadap pribadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri
diantaranya adalah 1)
cita-cita 2) citra diri dan 3) harga diri (Gunawan, 2007;22). Cita-cita yang
dibangun siswa merupakan tujuan hidup yang ingin dicapai, untuk dapat meraih
cita-cita siswa harus mampu menempatkan diri sesui dengan karakteristik dari
cita-cita yang diharapkan. Siswa dengan cita-cita menjadi dokter akan
menyesuaikan konsep dirinya sesuai dengan profesi seorang dokter.
Hubungan antar siswa berpotensi dalam terbentuknya citra
diri, semakin positif cara pandang antar sesama akan semakin baik pula citar
diri yang dibangun sehingga akan terbentuk pula konsep diri yang lebih baik
bagi pribadi siswa. Harga diri merupakan bagian penting dalam pengembangan
konsep diri siswa. Siswa yang merasa dihargai dan disanjung oleh teman,
cenderung merasa senang dan bangga atas dirinya, sikap demikian merupakan cikal
bakal dalam mengembangan konsep diri.
Konsep diri merupakan kemampuan melihat diri sendiri
dengan segala kekurangan dan kelebihannya (Alo Liliweri,2006;34). Untuk mampu
mengukur seberapa jauh kesanggupan dan kemampuan meraih cita-cita, setiap
individu harus mampu melihat dan mengukur potensinya. Kondisi yang ada dan
dimiliki akan memberi arah bagi sesesorang untuk mempersepsi diri dam
selanjutnya membangun konsep diri sesuai dengan pemahaman atas potensi yang
dimiliki.
Untuk dapat sukses dalam menjalani kehidupan dibutuhkan
pengembangan konsep diri ideal (Lama Surya Das, 2004;203). Siswa sebagai
peserta didik diharapkan membangun konsep diri idel dan menghindarkan diri dari
perilaku yang dapat memupus harga diri. Anggapan diri sebagai siswa yang pintar
akan membuka peluang untuk tertib dan bertanggung jawab dalam belajar. Siswa
yang menyatakan dirinya sebagai siswa yang malas dan bodoh, maka pada akhirnya
ia akan menempatkan dirinya sesuai dengan persepsi yang ia bangun sesuai dengan
persepsi yang mendasarinya.
Gunawan dan
Setyono (2007;46) menyimpulkan bahwa konsep diri adalah persepsi (pandangan)
seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang
dianggap penting.
Mengacu pada pernyataan ini dapat dijelaskan bahwa
konsep diri tidak hanya dibangun oleh siswa secara pribadi, namun konsep diri
dipengaruhi langsung oleh lingkungan.
Guru, orang tua dan teman sekolah memiliki pengaruh langsung terhadap
konsep diri siswa.
Jika masing-masing pihak seperti guru selalu memberi
arahan yang positif dan berusaha membangun harga diri dan perhatian siswa, maka
dalam diri siswa akan dapat dibangun konsep diri yang positif. Demikian pula
perhatian dan dukungan orang tua, secara signifikan dapat mendorong
terbentuknya konsep diri yang positif. Teman sekolah dan teman bermain juga
memiliki andil besar dalam membangun konsep diri.
Berpadanan dengan kondisi tersebut, perlu adanya
pengawasan dan binaan dari guru dan orang tua agar anak tidak bergaul dengan
seseorang yang memiliki perilaku tidak terpuji. Bergaul dengan seseorang yang
memiliki perilaku kurang terpuji akan memicu lahirnya konsep diri yang
negative.
Gunawan dan Setyono (2007;46) menjelaskan bahwa setiap
orang memiliki dua konsep diri yaitu konsep diri besar dan konsep diri kecil.
Konsep diri besar adalah cara pandang secara menyeluruh terhadap pribadi,
sedangkan konsep diri kecil adalah cara pandang yang dibangun sesuai dengan
konteks tertentu. Konsep diri kecil berpengaruh terhadap cara berpikir, merasa,
bersikap dan bertindak saat berhubungan dengan sesama. Konsep diri kecil juga
mempengaruhi kegiatan belajar siswa secara menyeluruh dan juga berpengaruh pada
kreativitas belajar.
Gunawan dan Setyono (2007;47) menggambarkan konsep diri
dan faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :
Gambar 2.1 Bagan Konsep Diri
Dari bagan tersebut terlihat adanya pengaruh dari faktor
lingkungan terhadap pengambangan konsep diri siswa, siswa akan menetapkan
dirinya sebagai pelajar yang bodoh jika orang tua dan guru menyatakan mereka
sebagai pelajar yang bodoh, hal itu akan lebih nyata jika didukung oleh nilai
hasil ulangan yang kurang bagus. Sebaliknya siswa akan membangun konsep diri
sebagai siswa yang pintar jika guru dan orang tua menyatakan dirinya sebagai
pelajar yang pintar yang juga diperkuat oleh nilai hasil ulangan yang juga
baik.
Gunawan dan Setyono (2007;47) juga menjelaskan bahwa
konsep diri dibangun oleh tiga komponen yang diantaranya a) siapa yang
memasang b)
intensitas emosi c) repetisi. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa konsep diri
akan terpasang kokoh dalam diri siswa bergantung pada orang yang menanamkan
konsep tersebut pada dirinya, sosok yang dapat mempengaruhi penanaman konsep
tersebut diantaranya orang tua, guru, kakak, abang, teman, idola, pacar dan
berbagai komponen lain yang memiliki akses terhadap siswa.
Selanjutnya konsep diri juga bergantung pada intensitas
emosi berupa rasa suka atau tidak suka, senang, atau tidak senang terhadap
objek atau pribadi. Sedangkan faktor repetisi atau besarnya pengulangan secara
langsung akan berpengaruh terhadap kekuatan konsep diri.
Prestasi belajar yang dicapai siswa akan memberi andil
terhadap pengembangan konsep diri. Siswa yang senantiasa memperoleh nilai baik
dalam dirinya akan terbangun konsep diri yang positif, sedangkan siswa yang
memperoleh nilai jelek secara perlahan akan terbentuk konsep diri negative dan
tidak mendukung bagi usaha pengembangan prestasi belajar.
Gunawan dan
Setyono (2007;62) menjelaskan bahwa hubungan konsep diri dan prestasi belajar
dianyatakan sebagai berikut:
a.
Prestasi akademik menentukan konsep diri
b.
Level konsep diri mempengaruhi prestasi akademik
c. Konsep
diri dan prestasi akademik saling mempengaruhi
Dari
pernyataan tersebut jelaslah bahwa usaha untuk meningkatkan prestasi belajar
dapat dilakukan dengan memperbaiki konsep diri siswa, dengan semakin baik
konsep diri akan berimbas pada kemampuan dan minat belajar. Sebaliknya
peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa akan berpengaruh pula terhadap
peningkatan konsep diri. Dengan demikian prlu adanya dukungan orang tua agar
putra dan putri mereka memiliki kesempatan belajar yang baik terutama saat
berada di rumah serta ketenangan dan kualitas belajar saat berada di sekolah.
Keberadaan
teman sekolah juga tidak dapat diremehkan dalam membangun konsep diri siswa,
siswa berada dalam lingkungan belajar yang tidak kondusif akan terpangaruh pada
kondisi yang ada dan pada akhirnya akan memiliki konsep diri negatif.
Konsep
diri negative adalah konsep diri menunjukkan tingkah laku negative (Ainon binti
Moh & Abdullah bin Hassan, 2006;77). Perilaku belajar yang kurang positif
merupakan wujud nyata dari konsep diri negative yang tumbuh dalam pribadi
siswa. Dalam banyak hal siswa sangat mudah terpengaruh oleh kondisi sosial yang
kurang positif, perilaku demikian sering berakibat pada tumbuhnya konsep diri
yang kurang mendukung bagi usaha peningkatan proses dan hasil belajar siswa.
Konsep
diri memiliki keterkaitan dengan teori motivasi, dorongan yang berasal dari
luar dan dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan tenaga uatama dalam
pembentukan konsep diri. Menurut Ainon dan Abdullah (2006;13) menjelaskan bahwa
konsep diri adalah gabungan segala kepercayaan diri juga meliputi persepsi
lingkungan. Masing-masing individu akan mereaksi atas ucapan dan cara pandang orang lain pada
dirinya. Pada orang-orang tertentu yang bersifat sensitive, cara pandang dan
pernyataan lingkungan akan berpengaruh pada konsep diri.
Ainon
dan Abdullah (2006;213) juga menjelaskan bahwa Konsep diri adalah
semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya. Pernyataan ini secara nyata menggambarkan bahwa keberadaan lingkungan
memiliki peran penting dalam pengembangan konsep diri.
Stuart dan Sudeen dikutip dari Ainon dan Abdullah (2006;213) menyatakan bahwa persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Richard E Rubenstein (2004;97)
menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh, baik fisikal,emosional intelektual , sosial dan spiritual.
Berdasarkan teori dan defenisi yang telah disampaikan di
atas jelaslah bahwa konsep diri sangat rentan dengan perubahan lingkungan, cara
pandang dan persepsi lingkungan atas pribadi ternetu akan dapat merubah konsep
diri. Konsep diri merupakan faktor penentu bagi keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Konsep diri dapat dibedakan antara konsep diri negative dan konsep diri
positif. Konsep diri negative berpengaruh pada perilaku yang kurang mendukung
bagi pencapaian tujuan, sedangkan konsep diri positif adalah konsep diri yang
mengarah pada pencapaian tujuan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang
menginformasikan bahwa matematika merupakan bidang studi yang sulit untuk
dipelajari, berbagai rumus dan konsep matematika sangat komplek dan matematika
hanya dapat dipelajari oleh siswa yang pintar saja. Informasi yang salah
tersebut pada akhirnya tertanam dalam ingatan siswa dan secara perlahan siswa mulai
membangun konsep diri dengan penekanan bahwa bidang studi matematika merupakan
bidang studi yang tidak menyenangkan.
Bidang studi matematika sebagai salah satu bidang studi
wajib yang disampaikan pada siswa sering menjadi masalah dan hambatan bagi siswa.
Kegagalan siswa dalam belajar dan menguasai materi bidang studi matematika,
pada dasarnya tidak hanya diakibatkan oleh tingkat kesulitan materi tetapi
dipengaruhi oleh cara pandang dan persepsi siswa terhadap materi bidang studi
matematika.
Keberadaan konsep diri sebagai arah pengembangan pribadi
dapat dibedakan dalam tiga kelompok diantaranya cita-cita diri, citra diri dan
harga diri. Melalui cita-cita yang dikembangkan akan menuntun seseorang untuk
meraih harapan dan keinginan sesuai dengan tujuan dan keinginan pribadinya.
Lahirnya cita-cita diri dipengaruhi oleh banyak factor yang diantaranya kondisi
pribadi, pemahaman terhadap tujuan hidup dan keberadaan lingkungan. Keberadaan
guru, orang tua, teman dan lingkungan pergaulan akan memberi kontribusi langsung
terhadap pengembangan cita-cita diri.
Dalam hal ini dibutuhkan dukungan dan bantuan yang
positif dari lingkungan agar dalam diri siswa tumbuh cita-cita diri positif dan
bermanfaat bagi dirinya secara pribadi maupun bagi lingkungan kehidupannya, baik
di masa kini maupun di masa yang akan dating. Keberadaan cita-cita diri yang
sesuai dengan keinginan dan harapan lingkungan serta setara dengan bakat atau
potensi akan memberi peluang lebih besar untuk mendapatkannya. Sehingga akan
tumbuh rasa percaya diri dan keyakinan akan kemampuan diri, yang mampu
melepaskan seseorang dari ketergantungan pada orang lain.
Citra diri adalah bagian dari konsep diri, citra diri
adalah pencitraan atas kondisi pribadi yang didasarkan atas kemampuan dan
pengalaman masa lalu yang banyak bersandar pada kegagalan dan keberhasilan yang
pernah dialami. Seseorang yang lebih banyak mengalami keberhasilan dalam setiap
usahanya, maka ia akan membangun citra diri sebagai seseorang yang optimas dan
percaya diri. Sebaliknya seseorang yang banyak mengalami kegagalan, maka secara
bersamaan ia akan membangun rasa rendah diri dan takut akan kekalahan.
Untuk membangun konsep diri yang optimal dan mampu
mendukung pencapaian cita-cita, dibutuhkan pencitraan diri yang positif dan
searah dengan tujuan masa kini. Hal-hal dan pengalaman masa lalu yang kurang
positif sebaliknya dilupakan dan secara bersamaan membangun rasa percaya diri
dengan meningkatkan kemampuan masa lalu.
Dari citra diri yang dibangun oleh setiap individu akan
menempartkan dirinya sesuai dengan citra yang dibangun dan disesuaikan dengan
tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian jelas bahwa pencitraan diri merupakan
salah satu bentuk dasar dalam membangun konsep diri yang lebih positif.
Factor lain yang juga sangat dominan dalam membangun
konsep diri adalah harga diri, pengembangan harga diri didasarkan atas
kemampuan dan profesionalisme seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Semakin
tinggi kemampuan dan keterampilan akan semakin tinggi pula harga diri yang
dimiliki. Harga diri secara langsung akan menempatkan seseorang dalam kondisi
yang mematasi dirinya untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
konsep diri yang ia miliki. Siswa yang memiliki harga diri tinggi, akan
menjauhkan diri dari perbuatan kurang produktif seperti mencontek atau
menghabisakan waktu dengan bermain. Namun ia akan konsisten mengejar keinginan
dan harapan sesuai dengan kaidah kebenaran yang berlaku.
Ketiga komponen dasar dari konsep diri tersebut harus
dibangun secara simultan oleh setiap individu. Untuk memperoleh citra diri,
cita-cita dan harga diri yang baik dibutuhkan kemampuan mengubah, memperbaiki
dan meningkatkan keyakinan diri. Dalam hal ini setiap individu harus bersedia
menggunakan kekuatan pikiran super secara optimal dan bersedia bekerja keras
dengan sebuah wawasan baru, sebuah cara pandang dan cara berpikir baru. Lebih
dari itu dibutuhkan keinginan dan ksanggupan untuk berkorban dalam mencapai
harapan.
Dengan berpedoman pada teori dan konsepsi yang telah
disampaikan di atas jelaslah bahwa usaha pengembangan konsep diri harus
dilakukan oleh keinginan pribadi dan didukung oleh lingkungan yang kondusif.
Langkah itu perlu perlu diikuti oleh kemampuan mengelola emosi dan mengarahkan
setiap perilaku yang sesuai dengan konsep diri yang akan dibangun. Pengembangan
konsep diri perlu pula didasari oleh sebuah keinginan untuk berubah secara
total sesuai dengan keinginan sendiri disertai kepercayaan dan keyakinan
pribadi.
Sintesa konsep diri adalah cara pandang dan perilaku
siswa dalam menjalani kegiatan dalam mencapai tujuan, dimensi konsep diri
terdiri dari konsep diri negative dan konsep diri positif yang terdiri dari
indikator lingkungan internal dan lingkungan eksternal, cita-cita, citra diri
dan harga diri serta rasa percaya diri.
1. Instrumen Konsep
Diri
a. Definisi Konseptual
Konsep diri
merupakan cara pandang dan persepsi siswa terhadap diri dan potensi yang
dimiliki dalam mengikuti pembelajaran dalam bidang studi matematika.
b. Definisi Operasional
Konsep diri adalah
skor yang diperoleh dari perilaku dan
cara pandang siswa terhadap kegiatan belajar dan usaha belajar yang dilakukan
siswa. Konsep diri siswa terdiri dari dua dimensi yang diantaranya adalah :
1. Lingkungan
internal
2. Lingkungan eksternal
3. Cita-cita diri
4. Citra diri
5. Harga diri
6. Rasa percaya diri
7. Kemampuan menghadapi
kegagalan
c. Kisi-kisi Instrumen konsep Diri
Kisi-kisi instrument
variabel konsep
diri disusun sesuai dengan
teori yang telah disampaikan di atas. Dari rangkaian teori tersebut dinyatakan
dalam dimensi dan indikator. Adapun indikator dan dimensi instrument disajikan dalam tabel berikut :
Table 3.13 Kisi-kisi instrument varaibel konsep diri
No
|
Indikator
|
Pernyataan
|
Jumlah
|
|
Positif
|
Negatif
|
|||
1
|
Lingkungan internal
|
3
|
3
|
6
|
2
|
Lingkungan eksternal
|
3
|
3
|
6
|
3
|
Cita-cita diri
|
3
|
3
|
6
|
4
|
Citra diri
|
3
|
3
|
6
|
5
|
Harga diri
|
3
|
2
|
5
|
6
|
Rasa percaya diri
|
3
|
2
|
5
|
7
|
Kemampuan menghadapi kegegalan
|
4
|
2
|
6
|
Jumlah
|
40
|
d.
Pilihlah
salah satu jawaban yang tepat menurut pengalaman dan pendapatmu:
SL : Selalu SR
: Sering
KD Kadang-kadang TP
: Tidak Pernah
No
|
Pernyataan
|
Pilihan
|
|||
SL
|
SR
|
KD
|
TP
|
||
1
|
Kedewasaan dipengaruhi
oleh kondisi pribadi siswa
|
|
|
|
|
2
|
Cara pandang siswa
terhadap balajar dipengaruhi oleh pemahaman terhadap pendidikan
|
|
|
|
|
3
|
Kondisi inteligensi
mempengaruhi konsep diri siswa
|
|
|
|
|
4
|
Bakat yang dimiliki
siswa secara langsung berpengaruh terhadap konsep hidup seseorang
|
|
|
|
|
5
|
Kebiasaan pada
akhirnya membentuk konsep diri
|
|
|
|
|
6
|
Hanya siswa yang rajin
saja yang mampu membangun konsep diri positif
|
|
|
|
|
7
|
Cara pandang siswa terhadap
cita-cita dipengaruhi oleh kondisi keluarga
|
|
|
|
|
8
|
Konsep diri siswa
merupakan bentuk langsung dari sikap hidup keluarga
|
|
|
|
|
9
|
Cita-cita masa depan
merupakan dasar membangun konsep diri
|
|
|
|
|
10
|
Pemahaman terhadap
kemampuan orang tua akan mempengaruhi konsep diri siswa
|
|
|
|
|
11
|
Dukungan keluarga
mempengaruhi sikap diri dalam belajar
|
|
|
|
|
12
|
Harapan untuk
melanjutkan pendidikan akan menjadi dasar membangun keyakinan diri
|
|
|
|
|
13
|
Cita-cita masa di masa
depan dibangun atas konsep diri
|
|
|
|
|
14
|
Dukungan cita-cita
dapat meningkatkan kekuatan diri
|
|
|
|
|
15
|
Usaha meningkatkan
tanggung jawab belajar dilakukan melalui cita-cita
|
|
|
|
|
16
|
Sinkronisasi cita-cita
dengan kemampuan diri akan menjadi sebuah tenaga penguat keberhasilan
|
|
|
|
|
17
|
Keberhasilan meraih
cita-cita sangat bergantung pada kondisi individu
|
|
|
|
|
18
|
Keinginan
merealisasikan cita-cita akan menjadi penguat memperbaiki prestasi
|
|
|
|
|
19
|
Keyakinan akan
kemampuan pribadi akan membangun konsep diri positif
|
|
|
|
|
20
|
Prestasi yang telah
dicapai sebelumnya akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
21
|
Keberhasilan masa lalu
akan menjadi pemicu lahirnya konsep diri positif
|
|
|
|
|
22
|
Kesalahan masa lalu
akan melahirkankonsep diri negatif
|
|
|
|
|
23
|
Seringnya mengalami
kegagalan akan melahirkan konsep diri negatif
|
|
|
|
|
24
|
Ketidakmampuan
menyelesaikan masalah akan melahirkan konsep diri negatif
|
|
|
|
|
25
|
Sanjungan yang
diperoleh akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
26
|
Penghargaan yang
didadapat dapat menjadi pemicu lahirnya konsep diri positif
|
|
|
|
|
27
|
Cara pandang yang
positif dari lingkungan akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
28
|
Dukungan atas
keterampilan pribadi dari masyarakat akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
29
|
Seseorang yang sering
dicemooh oleh lingkungan akan memiliki konsep diri negatif
|
|
|
|
|
30
|
Siswa yang sering
dihukum akan memiliki konsep diri negatif
|
|
|
|
|
31
|
Keyakinan akan
kemampuan menyelesaikan masalah akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
32
|
Keterampilan memahami
masalah akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
33
|
Siswa yang seriang
dipuji akan memiliki konsep diri positif
|
|
|
|
|
34
|
Siswa yang seriang
memperoleh peringkat akan menjadi sosok dengan konsep diri positif
|
|
|
|
|
35
|
Siswa yang terlalu
banyak dihukum akan membangun konsep diri negarif
|
|
|
|
|
36
|
Kesanggupan menghadapi
masalah akan melahirkan konsep diri positif
|
|
|
|
|
37
|
Keterampilan
menyelesaikan persoalan akan membangun konsep diri positif
|
|
|
|
|
38
|
Hanya siswa yang terampil
saja yang memiliki konsep diri positif
|
|
|
|
|
39
|
Kesalahan dalam
memprediksi masalah akan melahirkan konsep diri negatif
|
|
|
|
|
40
|
Kecakapan dalam
menyelesakana masalah akan membangun konsep diri positrif
|
|
|
|
|
e. Uji Validitas Konsep
Diri
Uji validitas
untuk masing-masing dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang telah
disusun mampu memenuhi kebutuhan yang diharapkan, jika dalam pengujian ada
instrumen yang tidak valid, maka instrumen tersebut perlu diperbaiki atau
direvisi, sehingga bernilai valid dan layak digunakan.
Arikunto (2002:122) menyatakan bahwa uji validitas
dimaksudkan untuk mengetahui gambaran tentang adalah ketepatan alat ukur yang
digunakan dan kemampuan ala ukur mengukur apa yang akan diukur. Skor atas
jawaban dari masing-masing instrumen disajikan menurut skala interval sehingga
pengujian validitas instrumen penelitian diuji melalui rumus Product Moment,
sebagai berikut :
Keterangan
:
: Koefisien korelasi product moment
:
Jumlah skor dalam sebaran X
:
Jumlah skor dalam sebaran Y
: Jumlah skor yang dikuadratkan dalam
sebaran X
:
Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
n : Banyaknya responden
Nilai rxy yang diperoleh dari perhitungan
dikonsultasikan dengan nilai rtabel dengan taraf nyata 5 % jika nilai dari rxy
> rtabel maka soal tersebut adalah reliabel. Berdasarkan data
hasil analisis untuk uji coba instrument kepada 30 orang siswa diperoleh data
sebagai berikut:
Table
3.14. Hasil Uji Validitas Instrumen Konsep Diri
Nomor
|
r hitung
|
r tabel
|
Keterangan
|
Keputusan
|
1
|
0.608907
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
2
|
0.890708
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
3
|
0.630727
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
4
|
0.651296
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
5
|
0.915204
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
6
|
0.943855
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
7
|
0.900093
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
8
|
0.837694
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
9
|
0.943855
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
10
|
0.900093
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
11
|
0.833443
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
12
|
0.955628
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
13
|
0.927808
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
14
|
0.891823
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
15
|
0.833443
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
16
|
0.949802
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
17
|
0.928487
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
18
|
0.899807
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
19
|
0.469147
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
20
|
0.816007
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
21
|
0.840126
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
22
|
0.589409
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
23
|
0.792815
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
24
|
0.89723
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
25
|
0.800888
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
26
|
0.878252
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
27
|
0.892268
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
28
|
0.901611
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
29
|
0.745454
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
30
|
0.891812
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
31
|
0.934392
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
32
|
0.950651
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
33
|
0.839826
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
34
|
0.90793
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
35
|
0.930345
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
36
|
0.912218
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
37
|
0.901352
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
38
|
0.902292
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
39
|
0.771892
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
40
|
0.808991
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
41
|
0.659559
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
42
|
0.799682
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
43
|
0.610471
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
44
|
0.509265
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
45
|
0.396179
|
0.361
|
Valid
|
Terima
|
Dengan membandingkan nilai rhitung dengan
nilai r table dapat disimpulkan bahwa dari 45 butir pernyataan yang
diujicobakan seluruhnya bernilai valid hal ini diketahui dari nilai rhitung < rtabel.
0 Comments
TERIMA KASIH